Sunday, January 5, 2020

RESUME KELOMPOK 23 KEKERINGAN BANGLADESH : MENILAI, MENGANALISIS DAN PEMETAAN BAHAYA MENGGUNAKAN SPI, GIS DAN DATA CURAH HUJAN BULANAN

PENDAHULUAN

  Kekeringan merupakan fenomena alam yang berulang dan kompleks yang merupakan kondisi kering bersama dengan curah hujan yang tidak memadai. Hal ini terjadi ketika penguapan dan transpirasi melampaui tingkat curah hujan untuk periode waktu tertentu. Iklim Bangladesh pada dasarnya dipengaruhi oleh monsun, pra-monsun dan pasca-monsoon sirkulasi.  Secara umum, tiga musim iklim dapat dibedakan dalam negeri: kering dan musim dingin ringan (post-monsoon) yang berlangsung dari bulan November sampai Februari, musim panas atau pra-monsun dari Maret sampai Mei dan musim panas lembab atau monsoon (hujan) diamati dari bulan Juni sampai Oktober. 


METODOLOGI

  1. Dengan menggunakan SPI dan dianalisis melalui luasan spasial, tingkat keparahan dan frekuensi terjadinya kekeringan dalam penelitian ini. Untuk perhitungan SPI, hanya data curah hujan diperlukan, dan karena itu, saat curah hujan series dataset bulanan selama periode tersebut 1971-2010 diperoleh dan dianalisis. Data visual diperiksa menggunakan histogram untuk setiap outlier potensi serta dibandingkan dengan tetangga stasiun cuaca untuk memeriksa kualitas data, ada anomali signifikan yang ditemukan dalam dataset.
  2. Menghitung SPI dengan memasang distribusi gamma seperti yang telah ditemukan agar sesuai dengan distribusi curah hujan cukup baik. Kemudian, nilai dinormalisasi diubah kembali ke distribusi normal dengan mean nol dan varians dari satu.Skala waktu 6 bulan dianggap SPI menghitung untuk skala waktu yang singkat-dan menengah mulai dari November hingga April, yang merupakan periode kering di Bangladesh. 3 bulan SPI dihitung Januari (menggunakan November, Desember dan Januari curah hujan) dan April (menggunakan Februari, Maret dan April curah hujan) dan SPI 6 bulan untuk bulan April (menggunakan November curah hujan April).
  3. Untuk menghasilkan peta bahaya kekeringan, proses hierarki analitik (AHP), metode jumlah terbobot dan kekeringan terjadi pada skala waktu yang berbeda dengan tingkat kekeringan yang digunakan dan indeks bahaya kekeringan terpadu (DHI) dihitung. 

KESIMPULAN

  
    Dampak kekeringan luar biasa di Bangladesh, terutama karena sektor pertanian dan airnya adalah dua sektor yang paling terkena dampak. Karenanya, praktik pertanian, pemanenan air permukaan dan penggunaan air tanah secara optimal perlu dimasukkan ke dalam kebijakan dan program mitigasi untuk memerangi dampak kekeringan di masa depan, terutama di zona bahaya tinggi dan sangat tinggi

   Dengan menggunakan teknik SPI dan GIS, dimana SPI dan GIS dapat diterapkan dengan sukses untuk mengidentifikasi kekeringan meteorologis secara spasial dan pemantauan kekeringan di negara ini di masa depan. Selain itu, studi ini menunjukkan metode sederhana namun efektif untuk perhitungan DHI secara kuantitatif. Peta DHI yang dihasilkan dapat digunakan untuk menggambarkan zona bahaya kekeringan secara geografis. Peta bahaya juga dapat menjadi alat penting di daerah rawan kekeringan karena peta ini menjelaskan dan menampilkan distribusi bahaya kekeringan dan daerah yang kemungkinan akan terkena dampak dengan besaran yang berbeda. Selain itu, berdasarkan kejadian kekeringan, keparahan, pola spasial dan zonasi bahaya, akan mungkin untuk merumuskan strategi manajemen yang tepat dan perencanaan untuk mengelola kekeringan secara efektif

No comments:

Post a Comment